Selasa, 11 Desember 2007

Bait Sejarah yang Gundah

Apakah yang tersisa dari semua ‘kemenangan’ politik ini? Mungkin berbeda penyikapan ketika orang lain mengalaminya. Yang jelas bagi kita, bagian dari kafilah perjuangan ini, satu kata menjadi semakin berat AMANAH.

Rangkaian kisah yang kita toreh bersama di atas kertas sejarah bangsa ini, menjiplak satu fase dalam bab kebangkitan dakwah. ”Dan ingatlah ketika jumlah kalian sedikit...” Seperti baru kemarin perasaan was-was itu menggentarkan kita. Jumlah yang sedikit, membuat kita sangat preventif terhadap keterbukaan. Tidak jarang sandal pun dimasukkan ke dalam ruangan pertemuan kita, hanya supaya pertemuan tidak terlalu mencolok. Lalu ketika pulang pun kita berjalan satu-satu.

Akan tetapi lihatlah hari ini. ”Maka kami kuatkan kamu, dan Kami berikan pertolongan dari sisi Kami, Kami berikan rezki dari yang baik-baik, agar kalian bersyukur”. Dakwah ini terbuka lebar. Sinarnya cerah seterang matahari. Setiap orang merasakan sentuhannya. Semakin banyak orang terpesona mengikutinya. Inilah kekuatan Allah, inilah pertolonganNya. Kemudian kita yakini, rezki Allah akan datang berlimpah-limpah.

Lalu pada saat itulah Allah tegaskan seruanNya, ”Hai orang-orang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan RasulNya”. Kecemasan itu pun disampaikan. Karena Allah Maha Tahu, kecenderungan kita setelah kemenangan adalah berkhianat. Perlahan-lahan ketsiqohan kita kepada sesama ikhwah dan dakwah melemah. Pudarlah ukhuwah, bahkan takaful dan ta’awun hanya slogan yang kehilangan makna. Ini kekhawatiran yang besar, karena kita menyadari semua kealpaan ini.

”Ketahuilah, sesungguhnya harta kekayaan dan anak-anakmu adalah ujian, adalah fitnah”. Karena pemikiran untuk mencukupi diri, memanfaatkan jaringan yang kian terbuka, untuk kemapanan keluarga terutama anak-anak kita, semakin kental. Bahkan diantara ikhwah, pandangan yang ada bukan lagi ukhuwah, melainkan tatapan balas jasa, ’karena kerja keras kamilah antum ada di sana’. Na’udzubillah.

Cukuplah! Kekhawatiran ini kita tuntaskan saja. Jawab saja dengan amal. Bukankah ada ummat yang harus kita utamakan. Ada dakwah yang semakin ketat menyaring kita. Dan bagi para pencinta surga, kemenangan ini justru tidak bernilai apa-apa, ”Dan sesunggunya Allah di sisi kita, adalah ganjaran yang besar”.

Sisi lainnya bagi kita tidak lebih dari pembuktian. Kitalah para pemuda, kitalah pencinta amal. Kita menghabiskan semua waktu kita hanya untuk sebuah keyakinan, kita telah menunaikan amal amanah kita. Selain itu tidak. Dan kepada seluruh masyarakat, terima kasih atas dukungan dan kepercayaannya. Do’akan kami agar tetap istiqomah.
Wallahu’alam.

Tidak ada komentar: