Senin, 10 Desember 2007

Setumpuk Tulang Dalam Sekantong Daging

Berasal dari sesuatu yang kotor. Keluar dari liang kotoran.Kemana-mana menggendong kotoran. Dan akhirnya matipun menjadi kotoran. Namun sering kali kita melupakannya. Justru kerapkali kita merasa mulia. Kecuali jelas parameter kemuliaan itu. Jika tidak, kita hanyalah tulang dalam sekantong daging. Bagaimana mungkin kita menjadi sombong.

Memaknai hidup hanya diberi satu kesempatan. Tidak ada yang kedua. Desah nafas menjadi pembatasnya. Di sini, dalam kehidupan dunia ini, setelah itu tertutuplah pencarian makna. Tepat ketika nafas ditiupkan ke dalam tulang berbalut daging, dimulailah proses pemaknaan. Kemudian ia hadir ke dunia. Dipersiapkan semua bekalan dirinya. Diberikan kebebasan memilih, menemani fitrahnya yang dekat kepada ketaqwaan dan kefujuran. Lalu dimulailah perhitungan.

Bergerak, menjalani kehidupan. Diceritakan masa lalu, dikabarkan hari esok. Dipentaskan tauladan, baik kemuliaan maupun kehinaan. Berlalu melalui persimpangan-persimpangan kehidupan. Memaksa diri untuk memilih. Berdatangan, satu persatu teman perjalanan. Sebagian menyadarkan, sebagian melenakan. Kadang tiba kesadaran, namun tidak jarang bersama kealpaan.

Pada satu terminal kehidupan, melekatlah identitas. Pencirian kini terbatas pada status yang melekat. Siapa, apa, apanya siapa. Lalu kepercayaan diri bergantung pada komentar, perkataan, dan kepercayaan orang lain. Saat inilah ujian nilai menjadi berat. Akankah kemuliaan menjadi pilihan. Semata menjadikan Sang Perkasa sebagai hakim. Ataukah tergadaikan kebebasan, karena takut kata orang, karena tidak sederajat, karena beban status. Lalu merasa diri tinggi, merasa lebih, dan merasa wibawa. Kemudian hakikat digadaikan, imitasi disematkan. Lalu tertipu kemuliaan.

Perlahan semangat temaram. Kantung daging melemah, belulang pun renta. Satu persatu keperkasaan dicabut. Segalanya menjadi semakin semu. Hanya meninggalkan cerita, dulu ia adalah ini, sebagai ini, menjadi ini, menutup satu persatu jatah nafas yang ada. Saat itu kebanggaan semakin abstrak. Hanya cerita lalu. Sementara perhitungan nilai diri justru semakin dekat.

Lalu desah nafas sampai pada titik akhir. Kembalilah kelemahan. Kini teronggok tak berdaya, tidak lebih dari sekedar tulang berbalut daging. Berakhir kebanggaan, berakhir keperkasaan, berakhir kemuliaan status. Selebihnya hanya kisah yang dikenang. Namun apapun itu, ada perhitungan lain yang menanti. Pengadilan yang menyadarkan, batapa cepatnya waktu berlalu, betapa sedikitnya persiapan, betapa banyaknya kealpaan, betapa bodohnya keputusan. Sadar telah tertipu, sadar tak bisa berulang, sadar akan hakikat yang sebenarnya akan berlangsung. Namun semua sudah terlanjur.

Lalu apakah kita harus mengulang kesalahan yang sama. Menjadi korban kemuliaan semu. Kecuali jelas parameter kemuliaan itu. Jika tidak, kita hanyalah tulang dalam sekantong daging.Bagaimana mungkin kita menjadi sombong. “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan, tetap kekal Wajah Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Ar-Rahman: 26-27). Menyeru jiwa yang lalai, menyeru hati yang gulita, menyeru sukma yang terlena. Semoga kita tersadarkan. Amin!!!
Wallahu’alam bish showwab.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

ini bambang anak smada makassar lulusan 94...

ruby
bubye.multiply.com

Nandar mengatakan...

asslamu'alaikum,
kahaifa khaluk pak bammbang, saya nandar etoser '07 semarang koordinator RTB semarang. subhanallah, tadi jam 8 saya tanya2 email antum tapi belum dapat sekarang saya dapat blog antum. kapan2 kalau ada waktu kunjungi juga blog saya: nandarart.blogspot.com

o ya pak, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan terkait dengan RTB, yang pertama, alhamdulillah semarang sudah melaksanakan aksi tanam 265 pohon dengan rincian 165 dari BLH jateng 115 pohon mangga untuk warga dan 50 mahoni untuk penghijauan, 100 dari PT.TELKOM berupa 50 pohon mangga & 50 pohon mahoni. untuk tong sampah baru 20,15 biji di sebar di lokasi dan 5 di kampus ini baru pemanasan karena alhamdulillah kita sudah mengikat kerjasama dengan BLH untuk thn 2009 akan ada program tong sampah lagi sebagai program lanjutan.acara dilaksanakan pd tgl 8 nov di kel. meteseh kel yag tepat untuk penghijuaan dan desa binaan. kedepan selama setahun RTB semarang akan cobamengadakan pelatihan mitigasi bencana sebagai sarana recruitment anggota dan liburan semester genapa diisi dengan seminar anti narkoba pergaulan bebas.
yang kedua saya ingin bertanya apakah sudah ada logo RTB karena saya punya usulan logo.
demikian terimakasih,
wassalam

DaengIbeng mengatakan...

Wah sy harus meminta maaf kepada teman2 karena baru kembali membuka blok ini setelah waktu yang sangat lama.
Brother Rubby... yes i am

Nandar: Good Job! kita tingkatkan lagi yah sebarannya... sy punya program besar terkait tema ini...